Tulisan yang dipaksa ternyata tak bisa digunakan untuk mengungkapkan pikiran seseorang secara murni dan utuh–ya iya lah-. Biasanya ketika seseorang ingin belajar menulis atau ketika ia mulai tertarik untuk menulis, akan muncul begitu banyak kata-kata yang sekiranya dianggapnya langka maupun imajinasi-imajinasi yang begitu menggoda untuk dituliskan. Sayangnya tidak semua penulis mempunyai kontrol yang baik untuk mengatasinya dan ini merupakan salah satu hal yang susah dihindari oleh para penulis pemula. Scara juga masih pemula?!
Bagaimana menyalurkan aspirasi-aspirasi tersebut dengan benar?
Saat seorang penulis mengistirahatkan pikirannya di waktu malam, dapat dipastikan ia akan bangun lagi dan mulai menyalakan komputeruntuk menulis lagi, meskipun sebelumnya ia sempat menghabiskan waktu berjam-jam di depannya. Pasalnya pikiran-pikiran unik itu baru akan muncul saat otak merasa tenang atau saat penulis mengalami suatu kejadian menarik. Namun yang paling mengganggu adalah jika pikiran-pikiran tersebut datang di saat-saat akan tidur, sehingga timbul angan-angan yang begitu memaksa penulis untuk segera menyalurkan apa yang ada dalam pikirannya. Apalagi ketika tulisan tersebut belum terselesaikan, maka akan semakin kuat pula keinginan untuk melanjutkannya.
Mengapa?! Karena apabila pikiran-pikiran yang bersliweran ini tidak cepat-cepat dituangkan rasanya tidak ada kepuasan tersendiri dan bisa jadi membuat tidur tidak pulas.
Namun sesungguhnya justru yang seperti ini yang merusak jalan pikiran penulis. Sebab tulisan tersebut sebenarnya bisa dibuat lebih maksimal. Otak cenderung dipaksa untuk terus berpikir melewati setiap alur dengan beberapa lekuk konflik dan pemecahannya yang tentunya harus dikemas secara menarik. Tetapi ide-ide legit pemaksa tadi tidak seutuhnya bisa dipercaya karena terkadang membuat penulis begitu terpacu sehingga harus memaksakan tulisannya atau malah bercampur dengan ide yang lain yang pada akhirnya membuat penulis menemui jalan buntu untuk mengkhatamkan tulisannya.
Otak seharusnya diberikan kebebasan untuk berimajinasi –tapi jangan asal-. Alur yang ditulis tidak cukup hanya sekali ketik. Ada hal lain yang harus dipikirkan masak-masak untuk jalan cerita sesudahnya.
Sebenarnya semua kembali lagi pada masing-masing orangnya. Tapi jika dilihat lebih jauh, memang, tulisan yang dipaksa berkesan seperti dibuat-buat sehingga tidak dapat menampakkan karakter asli penulis dan suatu saat penulis akan merasa tidak puas dengan tulisannya jika ia menemukan ide lain yang ternyata jauh lebih menarik. Penulis akan berusaha keras bagaimana untuk mengganti tulisanya dengan apa yang ada di kepalanya sekarang. Parahnya lagi, ketika metode seperti itu tetap diterapkan, penulis akan mudah lupa dengan isi tulisan yang pernah dibuatnya.
Hho. Ini ditulis berdasarkan pengalaman pribadi. Sampai sekarang juga masih pengen bisa nulis tapi belum bisa-bisa. Masih terus belajar..